Mahasiswa UMY Gandeng SD Negeri Suruh dan Masyarakat Wujudkan Sekolah Berbasis Budaya di Yogyakarta

10 Desember 2023, oleh: pkm-umy

Dalam rangka melakukan agenda Program Pengabdian Mahasiswa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang terdiri dari Maulana Rifki Wardana, Neng Susi, Dinul Qoyimah, Iqbal Muttaqin dan Alifya Fat-hiyyah dengan Dosen Pembimbing Arif Wahyu melakukan pengabdian dan menciptakan terobosan menarik dalam dunia pendidikan.

Tim pengabdian mahasiswa berkolaborasi dengan masyarakat dan sekolah SD Negeri Suruh dalam mewujudkan sekolah berbasis budaya “Pendidikan Khas Ke-Jogjaan”. Proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan serta melestarikan budaya lokal yang seringkali terlupakan oleh generasi muda.

Secara geografis sekolah ini berada di wilayah perbukitan Puncak Becici, dimana daerah ini memiliki karakteristik wilayah yang menjunjung tinggi adat istiadat budaya Yogyakarta.
Sekolah ini telah mengembangkan sekolah berbasis budaya dengan tujuan mendidik siswa berkarakter, taqwa, cerdas, terampil dan ramah yang sejalan dengan pendidikan Khas Ke-Jogjaan yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Nomor 66 Tahun 2013 tentang kurikulum pendidikan berbasis budaya.

Di sisi lain, saat ini siswa telah mengalami kelunturan budaya di sekolah seperti sikap sopan santun yang hilang serta cara bertutur kata yang tidak baik dengan memanggil nama guru secara langsung tanpa memakai bapak atau ibu. Kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa terjadi kemunduran yang sangat drastis dalam menghargai budaya Jawa oleh siswa. Kepala Sekolah menganalogikannya dengan sebuah pepatah yang berbunyi “Wong Jowo Ilang Jowone” terang Suwarno selaku Kepsek SDN Suruh. Kamis, (19/01/2023). Ungkapan tersebut memiliki makna orang Jawa yang meninggalkan kebiasaan orang Jawa.

Kesenian yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendidikan karakter yaitu mengintegrasikan kesenian Gejog Lesung sebagai upaya menanamkan budaya lokal Jawa dan menumbuhkan karakter jati diri. Gejog Lesung adalah kesenian tradisional berupa permainan instrumen musik perkusi menggunakan alat penumbuk padi tradisional (lesung dan alu/antan) yang berkembang dalam masyarakat agraris seperti Kapanewon Imogiri Kabupaten Bantul yang masih dilestarikan sampai saat ini. Kesenian Gejog Lesung mampu meningkatkan kemampuan komunikasi, berpikir kritis, kemampuan bekerja sama dan kolaborasi dan kreativitas pada manusia.

Kepala Sekolah SDN Suruh, Suwarno, menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif ini. “Kami sangat bersyukur atas upaya mahasiswa pengabdian masyarakat melalui Program PKM ini yang telah menghidupkan kembali budaya lokal di sekolah kami. Ini adalah langkah besar menuju pemahaman yang lebih baik tentang identitas budaya kami di antara generasi muda,” ujarnya (5/8/2023).

Sekolah berbasis budaya lokal “Pendidikan Khas Ke-Jogjaan” dengan mengintegrasikan Gejog Lesung dan Tembang Dondong Opo Salak ini adalah bukti konkret bahwa pendidikan dapat menjadi alat untuk memperkuat dan memelihara warisan budaya. Semoga proyek semacam ini terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi upaya serupa di seluruh negeri.